#Hati Yang Terluka
Luka itu terasa teriris perih menyayat hati. Sosoknya perempuan yang
sederhana, selalu tersenyum namun rapuh. Sekian tahun lalu dirinya
berpisah dengan suaminya, tidak pernah dia membayangkan pernikahan itu
hancur begitu saja tanpa disadari. Suami terpikat dengan perempuan lain.
Disaat dirinya tersadar, semua terlambat, palu telah diketuk dan dia
menjalani hari-harinya dengan luka perih dihati, hanya putri yang masih
kecil ikut bersamanya. Harta, rumah, deposito bahkan mobil dibawa oleh
sang suami. Derita itu seolah tak ujung, dengan bercucuran air mata
dalam kesendirian harus menjaga putrinya yang tengah terbaring lemah di
rumah sakit dan ketika putrinya bertanya, 'Ma, ayah mana? Kok nggak
nengok putri?' Kata-kata yang keluar dari bibir mungil tak mampu
dijawabnya, hanya isak tangis yang terdengar. Setelah sepekan menunggu
di Rumah Sakit, dirinya menyaksikan bagaimana putri yang dicintainya
menghembuskan napas terakhir. Didekap dalam pelukan. Tak kuasa untuk
bisa menahan derita bagaimana harus menjalani hidup.
Sejak
itu, dia selalu mengurung diri dalam kamar. Tak peduli siang, malam.
Hari terus berlalu, yang ada hanyalah mengusap air mata dalam
kesendirian, diam membisu dalam doa. 'Ya Allah, dimanakah Engkau? Kenapa
Engkau timpakan ini semua kepadaku?' Dua bulan berlalu begitu cepat,
wajahnya terlihat lebih kurus, tanpa makan dan hanya sedikit minum.
Mukena yang dipakainya sudah terlihat usang. Bibirnya mengering sudah
tidak lagi teringat berapa kali istighfar diucapkan. Memohon ampun
kepada Allah. Ditengah kondisi tubuhnya melemah, seorang ibu datang
menyuapi dirinya dengan bubur ayam. Kata-katanya begitu menguatkan hati,
tidak mampu berkata apa-apa, hanya terisak tangis pilu. Pada saat
itulah dirinya belajar untuk menerima realitas hidup. Kedatangan dirinya
bersama seorang sahabat ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh dengan
berharap Allah menyembuhkan luka dihatinya.
Dirasakan di dalam
hatinya terasa ada kehangatan yang mengalir, memberikan kesejukan dan
ketenteraman. Dia tahu, bahwa dirinya tidak sendiri, banyak perempuan
yang mengalami seperti dirinya. Dia merasakan luka itu perlahan-lahan
sembuh. Berulang kali mengucapkan syukur alhamdulillah, seolah dia
mengerti maksud Allah, menjadi lebih mengerti kasih sayang Allah kepada
dirinya. Yang manis mampu membuatnya tersenyum, kepahitan tidak lagi
mampu membuat hatinya terluka. Dirinya tidak lagi terjebak pada masa
lalu dan tidak menyesali apa yang telah terjadi. 'Saya yakin Allah,
memberikan yang terbaik bagi setiap hambaNya.' tuturnya sore itu di
Rumah Amalia. Wajahnya berbinar penuh senyuman. Kebahagiaan itu hadir di
dalam hatinya dalam keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
'Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedang dia orang yang
berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada
buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.'
(QS. Luqman : 22).
No comments:
Post a Comment